Welcome to Mr. Aji's Site

Wise While On-Line, Think Before Posting

Blogger for Education and Culture

Senin, 09 Agustus 2010

Fenomena Artis Dadakan

Di negara tercinta yang konon kabarnya punya gelar gemah ripah loh jinawi ini sedang heboh. Bukan gara-gara sekedar heboh piala dunia. Beredarnya video porno beberapa selebritis ternama baru-baru ini cukup menyita rakyat nusantara. Tak tanggung-tanggung, sampai-sampai menteri bahkan presiden pun sampai urun komentar. Padahal sudah yang kesekian ratus kalinya kasus beginian merambah wacana pikiran rakyat. Weleh-weleh, saya sampai terkagum-kagum sendiri. Sedemikian bombastis beritanya sampai pejabat setingkat presiden yang sibuk bukan main itu pun sempat-sempatnya memberi sepatah dua patah kata. Sudah pasti para paparazzi tersebut juga bakal mengerahkan tenaga sekuat tenaga kuda, keringat sekilang, demi memburu perkembangan para selebritis yang sedang jadi buah bibir tersebut. Kalau boleh dibiang kualat, mungkin itu karena salah satu korbannya adalah presenter sebuah acara infotainment di sebuah stasiun televisi swasta. Tadinya beliau biasa menggosok-gosok kehidupan pribadi para selebritis lain (padahal dirinya sendiri juga selebritis) menjadi sebuah berita yang sip (kata sebagaian orang kan GOSIP = makin diGOsok makin SIP hehehe).




Oke, cukup sepertinya basa-basinya. Maksud saya menulis judul tentang fenomena artis dan paparazzi adalah menarik sebuah definisi berdasarkan fakta yang terjadi dan diakui oleh masyarakat luas. Jangan salahkan saya kalau definisi yang akan saya bahas ini menyalahi tata bahasa, susunan makna, dan apalah ilmu yang dianut para ahli bahasa. Kalaupun ada yang tersinggung, saya mohon maaf sebelumnya. Menurut saya, berdasarkan fakta yang saya sebutkan tadi, selebritis adalah mereka yang gerak-geriknya selalu diawasi karena selalu bikin penasaran. Sementara paparazzi adalah mereka yang selalu memburu info apapun (tak peduli seremeh temeh apapun asal nyangkut dengan sang selebritis). Oh ya, paparazzi juga tak harus selalu berprofesi jurnalis. Orang-orang yang penasaran layaknya fans, orang-orang yang tinggal dekat lingkungan para selebritis, atau mereka yang punya penyakit bawaan ‘mulutisis emberismus’ atau ‘parnoisme kronis’ juga saya kategorikan paparazzi (kalau ada yang mau nambahin silakan ditulis di tanggapan hehehe). Para paparazzi ini punya hubungan yang sangat erat dengan infotainment. Kalau orang biologi bilang, hubungannya bisa berbentuk simbiosis mutualisme. Infotainment adalah wadah yang sangat piawai dalam meramu info-info dari para paparazzi. Kalau dibikin tamsil ala setting restoran, aktivitas selebritis adalah bahan baku masakan, paparazzi adalah kurir sekaligus tukang suplai bahan baku di dapur, dan infotainment adalah koki yang bertugas meracik bahan baku yang ada sehingga menjadi masakan yang menggugah selera dan laris dengan menu bernama ‘gosip’.



Kalau begitu, sebenarnya siapapun biasa jadi selebritis dan gratis tis. Tak perlu ikut ajang pencari bakat untuk menjadi artis dadakan. Coba lihat di sekeliling kita. Berapa banyak anda mendengar omongan orang-orang tentang anda, baik dari tetangga, rekan sejawat, atau sekedar orang lewat? Berapa banyak orang yang melihat profil akun facebook anda (bagi anda yang memasang program penanda siapapun yang melihat profil anda), baik yang termasuk dalam list teman ataupun bukan? Pernahkan juga anda mengamati seberapa jauh gerak-gerik anda diamati (yang anda ketahui dengan komentar-komentar akan kebiasaan anda atau apapun tentang anda)? Kalau jawabannya ya, dan jumlah ‘paparazzi’ anda cukup banyak (saya kategorikan sedikit: < 5 orang, sedang: 5-20 orang, banyak: > 20 orang), maka saya hanya bisa mengucapkan: “Selamat, anda telah menjadi selebritis dadakan, perhatikan kiri kanan anda, paparazzi merajalela, waspdalah waspadalah”. Mungkin mereka kagum, penasaran, atau bisa jadi menaruh dendam. Tenang, selama para paparazzi anda tak mengganggu atau menyengsarakan hidup anda sedemikian rupa, abaikan saja. Jangan menambah pikiran yang sudah kepikiran banyak. Jujur saja, saya juga termasuk di dalamnya. Dan karena itulah tulisan ini lahir.

0 komentar:

Posting Komentar

PENGIKUT BLOG