Apakah para guru banyak yang bertanya dalam hati? Mengapa siswanya tidak pintar, cenderung malas, kurang bergairah, suka mengantuk di kelas meskipun gurunya merasa sudah mengerahkan segala tenaga. Apa lebih mudah menimpakan kesalahan kepada siswanya, bahwa siwanya memang bodoh. Menurut ilmu psikologi pendidikan, tidak ada siswa bodoh. Hanya tingkat kemampuan berpikirnya saja yang berbeda. Menurut hemat Penulis adalah masalah besar yang menjadi perhatian dunia yaitu proses cara belajar anak didik dimana seorang guru mempunyai kemampuan mentransfer ilmu kepada anak didiknya.
Kekesalan guru yang melihat siswanya tidak segera mengerti ketika diajar sebenarnya cerminan guru itu sendiri. Boleh jadi ada penyakit pada guru sehinggu ilmu yang disampaikan tidak merasuk dalam otak siswa. Beberapa penyakit guru itu diantaranya:
1. Tipus: tidak punya selera.
Guru tidak punya gairah mengajar yang baik untuk mendidik siswa dengan ihklas dan sepenuh hati. Orientasinya bukan kepada mutu, tapi pada gaji. Tak selamanya kepuasan itu diukur dengan materi tapi kepuasan batin/hati yang lebih diutamakan
2. Asma: asal masuk kelas.
Guru seenaknya masuk kelas atau sekolah tanpa ada keterangan yang jelas. Masuk tidak masuk kelas adalah hal yang biasa dengan cukup memberikan tugas catatan kepada siswa sementara guru sibuk dengan urusannya masing-masing.
3. Asam urat: asal sampaikan materi, urutan kurang akurat.
Akan lebih baik bila sebelum mengajar membuat perencanaan terlebih dahulu. Materi dan metode apa yang cocok untuk dilakukan di dalam kelas sehingga tercipta urutan skenario pembelajaran yang bermakna. Tidak heran jika kemudian kebanyakan guru kerap irit penjelasan di kelas dan murid dibiarkan dalam kebingungan. Tidak jarang juga guru memasang tampang dingin, menjaga jarak dengan murid, suka marah, galak, keras, bahkan cenderung mengintimidasi murid saat mengajar.
4. Kudis: kurang disiplin
Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah karena berbagai alasan yang sebenarnya bisa diatasi misalnya bangun kesiangan, telat datang karena tidak ada kendaraan, mengurusi anak kecil, dsb. Oleh karena itu, manajemen waktu sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik.
5. Lesu: lemah sumber
Bagaimana mungkin seorang guru menjadi professional bila tidak dapat membaca atau mendapatkan sumber referensi atau literatur yang up to date. Sebaliknya, kita menyuruh siswa untuk terus belajar giat di rumah dengan membaca banyak buku referensi.
6. TBC: tidak bisa Computer
Bukan zamannya lagi seorang guru tidak paham komputer. Kecanggihan teknologi yang sudah modern sudah sangat mudah diperoleh dengan mengakses semua informasi yang up to date. Sebaliknya, siswa sekarang sudah pintar mengenal apa yang namanya blog, website, facebook, twitter dan sejenisnya, sementara gurunya masih belum paham mengikuti perkembangan zaman yang sudah canggih
7. Diare: di dalam kelas, anak-anak diremehkan
Tak selamanya guru itu memposisikan sebagai orang yang paling pintar, tapi bagaimana guru itu bisa menempatkan dirinya sebagai orang yang bisa bekerja sama dan berbagi ilmu pengetahuan dengan anak didiknya. Tak sedikit beberapa ide cemerlang yang dilontarkan banyak siswa yang bisa menjadi inspirasi bagi guru untuk mengembangkan keterampilan yang ada. Guru sekedar menyampaikan pemahamannya tentang apa yang dibacanya dari buku pelajaran kepada murid-muridnya dan cenderung abai terhadap sentuhan sisi manusiawi.
Jika penyakit ini tidak segera dihilangkan, jangan harap siswa bapak/ibu guru menjadi pintar. Padahal guru sejatinya adalah seorang pendidik yang seharusnya tidak hanya mengajar, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi muridnya untuk maju. Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar