Welcome to Mr. Aji's Site

Wise While On-Line, Think Before Posting

Blogger for Education and Culture

Rabu, 28 September 2011

PERLUKAH FIT AND PROPER TEST GURU?

Istilah fit and proper test sering kita baca atau dengar di berbagai media massa. Fit and proper test diadakan untuk mencari individu yang layak dan pantas untuk menduduki jabatan tertentu. Calon anggota KPK, Hakim Konstitusi, KPID diuji fit and proper test dan yang masih hangat tentu saja fit and proper test untuk memilih gubernur Bank Indonesia (BI) oleh anggota DPR RI.
Guru sebagai lini terdepan yang bertanggung jawab terhadap tinggi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sudah seharusnya menjalankan fit and proper test. Bagaimana bentuk fit and proper test untuk guru ini, sudah dan perlukah diadakan?
Sekolah non-pemerintah yang dikelola yayasan atau lembaga pendidikan banyak yang telah melakukan fit and proper test untuk kandidat guru mereka. Istilah yang mereka gunakan memang bukan fit and proper test, tapi esensinya sama.
Untuk menjadi pengajar di sekolah yayasan atau lembaga tersebut seorang calon guru harus menghadapi serangkaian tes atau ujian. Mulai dari tes tertulis, praktik mengajar hingga wawancara. Jadi kelayakan dan kepantasan seorang calon guru benar-benar terlihat. Kandidat guru yang lulus akhirnya memang menunjukkan kualitasnya sebagai pengajar dan pendidik.
Guru tersebut layak sebagai seorang pengajar yang dibuktikan dengan penguasaannya terhadap materi pelajaran dan kemampuannya mengajar atau transfer of knowledge yang mumpuni. Ia juga pantas sebagai seorang pendidik yang terlihat dari kematangan emosi dalam menjalankan profesinya. Kombinasi kemampuan tersebut sangat bermanfaat bagi siswa dalam proses belajar mengajar. Bila sekolah memiliki guru yang layak dan pantas  menjadi pendidik dan pengajar untuk semua mata pelajaran, maka peningkatan mutu dan kesuksesan adalah tinggal masalah waktu untuk mencapainya.  
Berbeda dengan sekolah swasta (guru non-PNS) yang dapat dengan mudah menjalankan fit and proper test bagi calon guru, sekolah negeri agak kesulitan menjalankannya. Tes penerimaan guru PNS sistemnya masih bersifat global. Para calon guru hanya diberikan soal yang sama dengan calon PNS dari berbagai bidang lainnya. Tidak ada tes mengajar yang merupakan ciri khusus seorang pengajar maupun tes wawancara. Akibatnya seorang guru berbakat bisa saja tidak lulus sedangkan orang yang kurang memiliki kemauan dan kemampuan menjadi guru malah lulus. Ironis memang.
Atas nama mutu pendidikan, maka sistem penerimaan guru PNS harus diubah. Paling tidak ada tiga tahap pengujian agar guru yang lulus seperti yang diharapkan. Yang pertama adalah tes kemampuan mata pelajaran yang akan diajarkan calon guru. Ia harus menguasai bidang studi tersebut dengan sangat baik. Semakin pintar semakin baik.
Berikut adalah kemampuan calon guru dalam menyampaikan pelajaran yang harus diuji. Calon guru harus dapat mempresentasikan pendekatan, metode dan teknik mengajar yang baik. Tidak ada artinya seorang calon guru yang sangat pintar tapi tidak mampu mentransfer dan menyampaikan ilmu pengetahuan yang mereka miliki kepada siswa.
Yang terakhir adalah wawancara dan tes psikologi. Tahap ini sangat penting. Oleh karena itu panitia penerimaan calon guru PNS sebaiknya bekerja sama dengan lembaga psikologi yang sudah berpengalaman. Pada sesi tes ini harus dapat diketahui dengan pasti apakah calon guru memiliki kesungguhan dan sikap yang baik untuk menjadi seorang pendidik dan pengajar. 
Dalam tes wawancara ini rentan akan kecurangan. Ada kemungkinan calon guru yang akan diwawancarai merupakan keluarga dan kenalan pewawancara. Oleh karena itu, pewawancara haruslah seseorang yang memiliki kualitas dan integritas. Dia harus dapat membedakan mana tugas dan mana urusan kekeluargaan dan kekerabatan. Sehingga hasil tes wawancara dapat berjalan objektif. 
Bila ketiga tahapan fit and proper di atas dijalankan dengan baik dan benar, maka Insya Allah kita akan mendapatkan guru yang bukan hanya menguasai materi dan metode mengajar yang baik tapi juga memiliki sifat dan sikap yang baik. Tentu guru dengan kualitas demikian yang kita cari untuk menjadi ujung tombak dalam proses belajar mengajar (PBM) di ruang kelas untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia. 

0 komentar:

Posting Komentar

PENGIKUT BLOG